Rabu, 10 Juli 2013



Diskoperindag: Gejolak Kenaikan Harga Barang Masih Wajar


     Mataram, Jurnal sumatra - Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Mataram Wartan mengatakan gejolak kenaikan harga bahan kebutuhan pokok memasuki bulan suci Ramadhan di sejumlah pasar tradisional di daerah ini masih dalam batas kewajaran .
    "Berdasarkan hasil pantauan kami di sejumlah pasar tradisional ada beberapa jenis kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan, antara lain  beras C4 medium dari harga Rp8.000 menjadi Rp8.500, C4 super dari Rp8.500 menjadi Rp9.000 dan daging ayam broiler dari Rp33.000 menjadi Rp35.000," katanya di Mataram, Rabu.
    Ia mengatakan, kebutuhan lainnya yang juga naik adalah  tomat naik dari Rp10.000 menjadi Rp13.000, bawang merah dari Rp35.000 menjadi Rp40.000 dan wortel  dari Rp10.000 menjadi Rp13.000.
     "Jadi wajar kalau terjadi kenaikan kenaikan harga kebutuhan pokok di awal Ramadhan 1433 Hijriah, terutama beras dan daging ayam broiler serta beberapa jenis sayuran," kata Wartan.
     Meski demikian, Menurut Wartan , kenaikan harga kebutuhan tersebut masih dianggap wajar karena kenaikannya masih di bawah 25 persen.
     "Kami telah menyampaikan imbauan kepada semua pedagang di beberapa pasar tradisional yang ada di kota Mataram agar tidak menaikkan harga terlalu tinggi dengan alasan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang bersifat nasional", katanya.
     Dia mengatakan, kenaikan harga yang terlalu tinggi akan  memberatkan masyarakat miskin apalagi di bulan Ramadhan.
     Untuk mengatasi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok tersebut Diskoperindag Kota Mataram telah menggelar pertemuan dengan distributor yang ada di daerah ini untuk memastikan bahwa distribusi barang berjalan lancar agar tidak memicu kelangkaan kebutuhan pokok dan kenaikan harga.
     Selain itu Diskoperindah Kota Mataram juga akan mengawasi pendistribusian kebutuhan pokok melalui jalur distribusi seperti Pelabuhan Lembar di kabupaten Lombok Barat. Langkah ini diambil agar tidak memicu terjadinya penimbunan.
     Namun demikian, ternyata kenaikan harga  tersebut bukan semata urusan permintaan dan persediaan, tetapi juga karena terlambatnya pasokan sejumlah kebutuhan pokok yang didatangkan dari luar kota Mataram sehingga perlu diawasi agar pasokan barang tetap lancar dan stok aman. (antara)


Transaksi Nelayan Batam Gunakan Dolar

    Batam, Jurnal Sumatra - Transaksi jual beli ikan dan kebutuhan pokok nelayan pulau-pulau pesisir di Kota Batam Kepulauan Riau menggunakan mata uang dolar Singapura, kata pengumpul ikan Pulau Terung Asman Usman.
    "Bayar ikannya pakai dolar. Beli-beli bahan kebutuhan juga pakai dolar," kata Asman Usman di Batam, Rabu.
    Umumnya, ikan hasil nelayan Kota Batam langsung dijual ke Singapura menggunakan mata uang negara jiran itu. Karenanya, pengumpul ikan membayar nelayan menggunakan dolar Singapura.
    "Itu sudah sejak dulu, dari zaman nenek moyang kita dulu," kata Asman.
    Menurut dia, membayar ikan menggunakan dolar Singapura lebih praktis ketimbang harus menukarkan dulu ke rupiah.
    Bahkan kadang, jika tidak ada rupiah, maka belanja kebutuhan sehari-hari seperti gula dan beras juga menggunakan dolar Singapura yang nilainya dikonversikan.
    Ia mengatakan karena di pulau-pulau jarang ada gerai penukaran uang, maka nelayan mengumpulkan penghasilannya hingga beberapa ribu dolar Singapura, baru kemudian menukarkannya ke Pulau Belakang Padang atau Batam.
    "Kalau sudah terkumpul 4.000 dolar,  baru ke Batam, atau ke Belakang Padang," kata dia.
    Istri nelayan, Asniah mengatakan seluruh hasil tangkapan nelayan dibayarkan menggunakan dolar Singapura. Karenanya, untuk transaksi kebutuhan hidup sehari-hari terkadang menggunakan mata uang negara jiran itu.
    "Bagaimana, kita pegang dolar," kata dia.
    Sayangnya, nilai konversi dolar Singapura terhadap rupiah di pulau relatif lebih rendah dibanding BI. Saat ini saja contohnya, 1 dolar Singapura di BI dihargai lebih dari Rp7.900, sementara di kalangan nelayan 1 dolar Singapura hanya dinilai Rp7.700.
    Sebelumnya, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Batam Firman, mengatakan nelayan di kota itu lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke Singapura karena harga jual ikan segar ke Singapura bisa dua kali lipat dibanding nilai lokal.
    "Ini terjadi sejak dulu. Harga di Singapura lebih tinggi," katanya seraya menambahkan bahwa segala jenis ikan, udang dan hasil laut lainnya diekspor nelayan ke negara jiran melalui koperasi-koperasi.(antara)


BKKBN: Peringatan Hari Kependudukan Ditujukan Bagi Remaja

     Jakarta, Jurnal Sumatra - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan bahwa peringatan Hari Kependudukan Dunia yang jatuh setiap tanggal 11 Juli ditujukan bagi para remaja.
     "Indonesia ikut memperingati Hari Kependudukan Dunia dan tema yang diangkat ditujukan bagi para remaja, mahasiswa, dan berbagai pihak terkait dengan pembinaan remaja atau pemuda," kata Fasli Jalal di Jakarta, Rabu.
     Fasli menjelaskan, jumlah remaja di Tanah Air sangatlah besar, sehingga bisa menjadi potensi yang berharga bagi bangsa jika dibina dengan baik.
     Sebaliknya, jika potensi besar tersebut tidak dibina dan dibiarkan berkembang ke arah yang negatif maka bisa menjadi beban bagi negara.
     Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah remaja umur 10 hingga 24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari jumlah total penduduk Indonesia.
     Melihat jumlahnya yang besar, kata Fasli Jalal, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual.
     Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai banyak permasalahan seiring dengan masa transisi yang dialami remaja.
     "Masalah yang menonjol di kalangan remaja, yaitu seputar TRIAD KRR atau seksualitas, HIV, AIDS sta Napza," papar Fasli.
     Karena itu, menurut dia, peringatan Hari Kependudukan Dunia merupakan salah satu momen yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan remaja.
     BKKBN sendiri, kata dia, telah mengembangkan program Generasi Berencana (GenRe) sebagai upaya untuk merespon masalah yang berkaitan dengan remaja. (antara)

Rabu, 10 Juli 2013



Diskoperindag: Gejolak Kenaikan Harga Barang Masih Wajar


     Mataram, Jurnal sumatra - Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Mataram Wartan mengatakan gejolak kenaikan harga bahan kebutuhan pokok memasuki bulan suci Ramadhan di sejumlah pasar tradisional di daerah ini masih dalam batas kewajaran .
    "Berdasarkan hasil pantauan kami di sejumlah pasar tradisional ada beberapa jenis kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan, antara lain  beras C4 medium dari harga Rp8.000 menjadi Rp8.500, C4 super dari Rp8.500 menjadi Rp9.000 dan daging ayam broiler dari Rp33.000 menjadi Rp35.000," katanya di Mataram, Rabu.
    Ia mengatakan, kebutuhan lainnya yang juga naik adalah  tomat naik dari Rp10.000 menjadi Rp13.000, bawang merah dari Rp35.000 menjadi Rp40.000 dan wortel  dari Rp10.000 menjadi Rp13.000.
     "Jadi wajar kalau terjadi kenaikan kenaikan harga kebutuhan pokok di awal Ramadhan 1433 Hijriah, terutama beras dan daging ayam broiler serta beberapa jenis sayuran," kata Wartan.
     Meski demikian, Menurut Wartan , kenaikan harga kebutuhan tersebut masih dianggap wajar karena kenaikannya masih di bawah 25 persen.
     "Kami telah menyampaikan imbauan kepada semua pedagang di beberapa pasar tradisional yang ada di kota Mataram agar tidak menaikkan harga terlalu tinggi dengan alasan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang bersifat nasional", katanya.
     Dia mengatakan, kenaikan harga yang terlalu tinggi akan  memberatkan masyarakat miskin apalagi di bulan Ramadhan.
     Untuk mengatasi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok tersebut Diskoperindag Kota Mataram telah menggelar pertemuan dengan distributor yang ada di daerah ini untuk memastikan bahwa distribusi barang berjalan lancar agar tidak memicu kelangkaan kebutuhan pokok dan kenaikan harga.
     Selain itu Diskoperindah Kota Mataram juga akan mengawasi pendistribusian kebutuhan pokok melalui jalur distribusi seperti Pelabuhan Lembar di kabupaten Lombok Barat. Langkah ini diambil agar tidak memicu terjadinya penimbunan.
     Namun demikian, ternyata kenaikan harga  tersebut bukan semata urusan permintaan dan persediaan, tetapi juga karena terlambatnya pasokan sejumlah kebutuhan pokok yang didatangkan dari luar kota Mataram sehingga perlu diawasi agar pasokan barang tetap lancar dan stok aman. (antara)


Transaksi Nelayan Batam Gunakan Dolar

    Batam, Jurnal Sumatra - Transaksi jual beli ikan dan kebutuhan pokok nelayan pulau-pulau pesisir di Kota Batam Kepulauan Riau menggunakan mata uang dolar Singapura, kata pengumpul ikan Pulau Terung Asman Usman.
    "Bayar ikannya pakai dolar. Beli-beli bahan kebutuhan juga pakai dolar," kata Asman Usman di Batam, Rabu.
    Umumnya, ikan hasil nelayan Kota Batam langsung dijual ke Singapura menggunakan mata uang negara jiran itu. Karenanya, pengumpul ikan membayar nelayan menggunakan dolar Singapura.
    "Itu sudah sejak dulu, dari zaman nenek moyang kita dulu," kata Asman.
    Menurut dia, membayar ikan menggunakan dolar Singapura lebih praktis ketimbang harus menukarkan dulu ke rupiah.
    Bahkan kadang, jika tidak ada rupiah, maka belanja kebutuhan sehari-hari seperti gula dan beras juga menggunakan dolar Singapura yang nilainya dikonversikan.
    Ia mengatakan karena di pulau-pulau jarang ada gerai penukaran uang, maka nelayan mengumpulkan penghasilannya hingga beberapa ribu dolar Singapura, baru kemudian menukarkannya ke Pulau Belakang Padang atau Batam.
    "Kalau sudah terkumpul 4.000 dolar,  baru ke Batam, atau ke Belakang Padang," kata dia.
    Istri nelayan, Asniah mengatakan seluruh hasil tangkapan nelayan dibayarkan menggunakan dolar Singapura. Karenanya, untuk transaksi kebutuhan hidup sehari-hari terkadang menggunakan mata uang negara jiran itu.
    "Bagaimana, kita pegang dolar," kata dia.
    Sayangnya, nilai konversi dolar Singapura terhadap rupiah di pulau relatif lebih rendah dibanding BI. Saat ini saja contohnya, 1 dolar Singapura di BI dihargai lebih dari Rp7.900, sementara di kalangan nelayan 1 dolar Singapura hanya dinilai Rp7.700.
    Sebelumnya, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Batam Firman, mengatakan nelayan di kota itu lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke Singapura karena harga jual ikan segar ke Singapura bisa dua kali lipat dibanding nilai lokal.
    "Ini terjadi sejak dulu. Harga di Singapura lebih tinggi," katanya seraya menambahkan bahwa segala jenis ikan, udang dan hasil laut lainnya diekspor nelayan ke negara jiran melalui koperasi-koperasi.(antara)


BKKBN: Peringatan Hari Kependudukan Ditujukan Bagi Remaja

     Jakarta, Jurnal Sumatra - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan bahwa peringatan Hari Kependudukan Dunia yang jatuh setiap tanggal 11 Juli ditujukan bagi para remaja.
     "Indonesia ikut memperingati Hari Kependudukan Dunia dan tema yang diangkat ditujukan bagi para remaja, mahasiswa, dan berbagai pihak terkait dengan pembinaan remaja atau pemuda," kata Fasli Jalal di Jakarta, Rabu.
     Fasli menjelaskan, jumlah remaja di Tanah Air sangatlah besar, sehingga bisa menjadi potensi yang berharga bagi bangsa jika dibina dengan baik.
     Sebaliknya, jika potensi besar tersebut tidak dibina dan dibiarkan berkembang ke arah yang negatif maka bisa menjadi beban bagi negara.
     Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah remaja umur 10 hingga 24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari jumlah total penduduk Indonesia.
     Melihat jumlahnya yang besar, kata Fasli Jalal, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual.
     Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai banyak permasalahan seiring dengan masa transisi yang dialami remaja.
     "Masalah yang menonjol di kalangan remaja, yaitu seputar TRIAD KRR atau seksualitas, HIV, AIDS sta Napza," papar Fasli.
     Karena itu, menurut dia, peringatan Hari Kependudukan Dunia merupakan salah satu momen yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan remaja.
     BKKBN sendiri, kata dia, telah mengembangkan program Generasi Berencana (GenRe) sebagai upaya untuk merespon masalah yang berkaitan dengan remaja. (antara)